Minggu, 01 Mei 2016

Proses si labi-labi S.Hut


Setiap kita punya ceritanya masing-masing, dan sebelum gue nulis gue mau bilang, kalau gue barusan aja baca kisahnya sissi ein yang baru aja melangsungkan pernikahan (seminggu yang lalu), dan tulisannya ngebuat gue jadi pengen cerita-cerita juga. Seperti kalau beliau, “Kita akan melupakan kenangan, kecuali kenangan yang ditulisakan” . nah, karena gue juga punya cerita untuk dikenang, dan supaya cerita gue ngak dilukapan begitu saja, jadi gue putuskan untuk menulisnya malam ini (yang udah direncanain dari 21 April 2016).
Nah, sebelumnya lagi gue mau ngucapin Happy Wedding untuk sissi gue satu ini, yang kita tau kita dilahirkan di tahun yang sama, dibulan yang sama, dan kita hanya beda satu hari, gue 27 July dan dia 28 July. Okeh sampai disini kayaknya biasa aja ya, gue teruskan ya. Ternyata kelahiran kita berada di satu rumah sakit yang sama, dan ternyata nyokap kita berada di kamar yang sama, dan ternyata oom dia dan papa gue kerja di satu perusahaan yang sama, sahabat gue sejak SD ternyata sahabat karibnya sejak SMA, kita pernah disatu komunitas yang sama, kita punya hobby yang sama dan akhirnya mendirikan suatu bisnis yang berasal dari hobby kita dalam bermain photoshop, dan kita punya hobby yang sama dalam hal menulis (salah satunya blog), and finally she got married then i got my S.Hut di waktu yang hampir bersamaan (di tahun dan bulan yang sama, dan beda beberapa hari aja, gue di 21 April 2016 dan dia di 22 April 2016. What a crazy things, such as amazing!!
Tapi ya seperti kata PS 2 gue, beliau pernah bilang dalam sidang gue “Saya percaya, di dunia ini ngak ada yang namanya kebetulan”, so gue juga yakin, kehidupan yang terjadi disekitar gue ngak ada yang namanya kebetulan, semoga kedepannya proses kehidupan ini jadi lebih baik untuk gue, sissi ein dan keluarga barunya, dan juga untuk orang-orang yang hidup disekeliling gue, Amin.

Seperti yang gue sebutkan tadi, salah satu hobby gue adalah menulis, jadi gue mau menuliskan kisah absurd gue dari seorang mahasiswi berkebutuhan khusus (i know exactly what i mean, but i dont know what you think about that) sampai akhirnya jadi seorang mantan mahasiswi yang sekarang menyandang nama Rara Yulia Putri S.Hut. it’s mean a lot for me dan ngebawa lebih banyak beban sebenarnya ketika nama gue bertambah dibelakangnya, and i wanna say that, sebenarnya dengan bertambahnya gelar dibelakang gue, gue ngerasa biasa aja, kayak ngak terjadi apa-apa, kayak apa yaaaaa, ya pokoknya kayak biasa aja, Cuma pas waktu habis sidang aja kayak ngerasa terharu sedikit terus senang-senang karena ikuttan euphoria temen-temen yang hadir pada saat sidang skripsi, dan setelah itu ya udaaahhh, begitu ajaaaa....
Entah karena apa gue ngerasa biasa aja, mungkin karena biasanya apa-apa pasti selalu bareng sahabat-sahabat gue di kampus, tapi kali ini gue ngerasa merdeka sendirian, mungkin karena biasanya gue selalu ngikutin temen gue, sekarang gue yang harus ngeduluin mereka. Ngeliat mereka berjuang untuk bisa ketemu sama pembimbing-pembimbing skripsi mereka, nungguin PS mereka sampai ketemu atau bahkan ngak ketemu, gue jadi serindu itu untuk berjuang dalam skripsi.
Ternyata proses yang “capek” itu yang gue rinduin. Disanalah ada perjuangan, disanalah kita belajar sabar, disanalah kita belajar menertawakan hidup yang sebenarnya ngak pelik-pelik amat tapi kita sendiri yang buat jadi pelik, disanalah kita merasakan, bahwa sahabat ngak hanya berjalan beriringan dengan kita yang hanya sekedar bergenggaman tangan, tapi disana kita juga melihat dan merasakan betapa sahabat-sahabat kita juga berjalan UNTUK KITA.
Prosesnya perjalanan ini keliatan emang mudah, tapi sebenarnya banyak hal berat yang sudah dilalui, entah karena bersama mereka dan teman-teman di kampus yang pada konyol, jadi semua hal yang sebenarnya sulit jadi terasa mudah dan cepat dilalui. Kalau bicara tentang masa-masa dikampus, kita bisa ngetawainnya sampai subuh hari, jadi kita lewati part ini. Dan lanjut di part selanjutnya.
Adalah “konservasi” yang bikin gue berasa jadi pejuang kehutanan, terlebih pada bagian satwa liarnya. Dan pengalaman magang yang menurut gue luar biasa, bikin gue yakin kalau gue pantas untuk jadi anak kehutanan. Dibalik cerita gue bisa jadi anak konservasi ada kegalauuan dan tangisan-tangisan malam hari yang disembunyikan. Dulu di tahun-tahun pertama kuliah, denger kata konservasi itu rasanya keren banget dan gue yakin kalau nanti pemilihan jurusan gue mau ambil konservasi (dan pastinya beberapa sahabat gue juga mau masuk konservasi), kemudian dipertengahan masa kuliah datanglah masa-masa pemilihan jurusan, dan pastinya pendirian temen-temen gue berubah seiring berjalannya waktu. 2 cewek akhirnya memilih masuk Manajemen Hutan, tapi dari jaman kapan gue udah ngak punya hati ke manajemen, selain itu gue ngak pandai dalam angka-angka (dulu gue fikir manajemen itu as always berhubungan dengan angka, jadi gue ngak tertarik dengan manajemen), jadi manajemen hutan lewat. 2 cowok lmemantapkan diri untuk masuk silvikultur, dan gue juga saat itu memilih untuk masuk silvikultur dengan hati yang ngak mantap-mantap amat. Keraguan itu akhirnya berbuah, waktu gue mau minta persetujuan PA  dan beliau bilang kitra-kira seperti ini “Rara yakin mau masuk silvikultur? Coba pikir-pikir lagi, besok datang lagi!” .

Ucapan bapak ini bikin gue tambah galau, karena menurut gue, bapak ini menyarankan gue untuk masuk Konservasi, karena bapak ini dosen konservasi. Dan alasan gue ngak milih konservasi waktu itu adalah karena, semua sahabat-sahabat gue ngak ada yang milih konservasi, kecuali salah satu sahabat gue yang lagi kasmaran banget waktu itu. Yang gue takuti adalah, gue ngak ada temen dikelas konservasi, ngak ada yang bersedia susah-susah nyari bangku kuliah untuk gue, ngak ada yang susah-susah mau ngontrakkin mata kuliah gue waktu itu, ngak ada yang bakal nyontekin laporan-laporan, tugas-tugas, dan apalah itu semua, kalau gue ada dikelas konservasi. Intinya sih, gue Cuma takut kepisah sama sahabat gue. And finally, gue harus memutuskan. Dan akhirnya gue putuskan untuk masuk Konservasi. Besoknya gue serahin berkah gue yang udah gue ganti dari silvikultur ke konservasi. And you know what?? Setelah gue ngasih berkas gue, PA gue langsung nandatangin dan kayaknya ngak ngeliat lagi apa pilihan gue, dan saat itu sebenarnya gue syok berat.
Dan ternyata kelas “konservasi” itu bikin gue tambah kuat (ngak kayak hulk sihhh atau team avengers lainnya, atau apalah itu). Kelas konservasi ini ngebawa gue kepada penelitian yang bekerjasama dengan BKSDA, terkhusus dengan PS 2 gue yang diminta dari BKSDA tentang labi-labi, karena PS 2 gue dulu penelitiannya tentang labi-labi juga. Perjuangan dari awal penelitian ini pasti gue ikutsertakan ngebebani sahabat-sahabat gue, dari awal survei lokasi, sampe akhirnya seminar selalu ngerepotin sahabat2 gue ini. Sampai akhirnya sebagian memilih untuk magang dan 2 diantaranya memilih untuk penelitian. Selama penelitian ini gue bagi full time bebannya bersama satu sahabat cowok gue. Dari teriknya matahari kita ngelilingi kota jambi dan kab muaro jambi untuk ngumpulin data penelitian gue, sampe akhirnya bulan puasa yang juga dikelilingi terik matahari. Rasanya gue tega banget ngebagi beban sama sohib gue satu ini. Tapi sepanjang penelitian ini berlangsung, dia ngak pernah ngeluh capek, ngak pernah ngak mau kalau gue ajakin ke tempat penelitian gue, selalu tau kalau gue butuh pertolongan dia tanpa harus gue ngomong dan dia dengan sigap ngebantuin gue tanpa harus nanya apa yang perlu ditolong, ahhh pokoknya selalu mau capek untuk ngurusin penelitian gue, gue mau bilang thanksfull banget sama ini anak karena mau susah buat sahabatnya yang banyak ngerepotin ini. Terus juga setelah penelitian ada sahabat gue yang cewek, yang selalu nanyain tentang revisian-revisian, sok2an ngasih support dan nyuruh perbaikan muluk, padahal dirinya entah kea gimana, kadang suka kesal kalau dia udah mulai buat mood gue turun karena diingetin revisian terus, diingetin untuk ini dan itu.
But you know what, hampir semua kehidupan gue dikampus, itu dia yang ngurusin. Percaya ngak kalau yang ngontrakin mata kuliah gue kadang dia dan anak2 geng gue lainnya? Percaya ngak tanpa diminta dia bakal ngirim laporan kuliahnya ke gue dan ke yang lainnya? Dan percaya ngak kalau dia yang selalu nawarin diri untuk ngebantu gue menganalisis hasil penelitian gue? Yeah, she is. Orang yang menawarkan diri untuk selalu mau direpotkan gue tanpa harus gue minta terlebih dahulu.
Sahabat gue ngak 2 orang ini aja, ada lagi lainnya. Yang siap sedia dan selalu ada untuk gue, untuk nolongin gue, untuk berbagi dengan gue, yang nyerahin waktunya untuk dibebani oleh sekelumit masalah hidup gue, yang mau dikuras isi dompetnya untuk berbagi sama gue, yang rela uang proyeknya gue mintain untuk bawa ini dan itu sebagai pemuas waktu gue magang, yang rela jauh-jauh dari jambi datang buat jengukin gue magang, yang mau jemput ini dan itu buat ngumpul, pokoknya yang rela gue repotin dari awal perkuliahan gue bahkan sampai sekarang, yang mau bayarin makanan gue karena gue dengan seenak jidat makan sendirian dikantin, terus habis makan gue bilang gue ngak ada duit, yang mau malam minggunya di ganggu karena pengen ngumpul bareng mereka, yang mau praktikum ulang ke sabak karena telat datang praktikum yang di jambi, ahhh apalagi yaaaa... yang mau nyeramahin gue kalau gue salah, yang mau negur gue kalau gue salah, yang mau joinan sama gue kalau itu menguntungkan buat kita, yang mau cari duit dari bibit mahoni terus duitnya kita sumbangin di panti asuhan, yang mau mewarisi wawasannya, yang sampai disidang gue kemarin, mau direpotkan dari persiapan hingga akhir dari persiapan itu sendiri. pokoknya banyaklah pengorbanan mereka yang gue rasain, yang ngak bisa gue sebutin satu-satu saking banyaknya.
Yang jelas, mereka berarti buat gue.
Sekarang, mereka lagi berjuang supaya bisa dapetin gelar yang sama kayak gue. Supaya bisa barengan wisudanya nanti (nah mulai kerasa bahagianya waktu gue nulis wisuda bareng). Kalaupun ngak terkejar barengan, kita akan tetap saling support, akan tetap saling mengingatkan, akan tetap saling ngebantu. Semoga semua sukses di jalan Allah SWT, semoga segala urusan dilancarkan Allah SWT, semoga kalian cepat berkabar baik, barakallah. Yupss, more or less 5 years go so fast gengs, thankyou for everything. Even we had argue, fight, we even stop talking each other sometimes. But we are bestfriend, and the love as always be there.
Eniwey sebenarnya yang paling bikin sedih adalah proses setelah ini. Ketika kita akhirnya harus memulai kehidupan sesungguhnya diluar sana, dengan beban yang baru, dan mungkin tanpa kalian nantinya sebab kita tak mungkin selalu bersama, entah seperti apa kehidupan kita 5 tahun mendatang :’).