Setiap kita punya
ceritanya masing-masing, dan sebelum gue nulis gue mau bilang, kalau gue
barusan aja baca kisahnya sissi ein yang baru aja melangsungkan pernikahan
(seminggu yang lalu), dan tulisannya ngebuat gue jadi pengen cerita-cerita
juga. Seperti kalau beliau, “Kita akan
melupakan kenangan, kecuali kenangan yang ditulisakan” . nah, karena gue
juga punya cerita untuk dikenang, dan supaya cerita gue ngak dilukapan begitu
saja, jadi gue putuskan untuk menulisnya malam ini (yang udah direncanain dari
21 April 2016).
Nah, sebelumnya lagi
gue mau ngucapin Happy Wedding untuk sissi gue satu ini, yang kita tau kita
dilahirkan di tahun yang sama, dibulan yang sama, dan kita hanya beda satu
hari, gue 27 July dan dia 28 July. Okeh sampai disini kayaknya biasa aja ya,
gue teruskan ya. Ternyata kelahiran kita berada di satu rumah sakit yang sama,
dan ternyata nyokap kita berada di kamar yang sama, dan ternyata oom dia dan
papa gue kerja di satu perusahaan yang sama, sahabat gue sejak SD ternyata
sahabat karibnya sejak SMA, kita pernah disatu komunitas yang sama, kita punya
hobby yang sama dan akhirnya mendirikan suatu bisnis yang berasal dari hobby
kita dalam bermain photoshop, dan kita punya hobby yang sama dalam hal menulis
(salah satunya blog), and finally she got married then i got my S.Hut di waktu
yang hampir bersamaan (di tahun dan bulan yang sama, dan beda beberapa hari
aja, gue di 21 April 2016 dan dia di 22 April 2016. What a crazy things, such
as amazing!!
Tapi
ya seperti kata PS 2 gue, beliau pernah bilang dalam sidang gue “Saya percaya,
di dunia ini ngak ada yang namanya kebetulan”, so gue juga yakin, kehidupan
yang terjadi disekitar gue ngak ada yang namanya kebetulan, semoga kedepannya
proses kehidupan ini jadi lebih baik untuk gue, sissi ein dan keluarga barunya,
dan juga untuk orang-orang yang hidup disekeliling gue, Amin.
Seperti yang gue
sebutkan tadi, salah satu hobby gue adalah menulis, jadi gue mau menuliskan
kisah absurd gue dari seorang mahasiswi berkebutuhan khusus (i know exactly
what i mean, but i dont know what you think about that) sampai akhirnya jadi
seorang mantan mahasiswi yang sekarang menyandang nama Rara Yulia Putri S.Hut.
it’s mean a lot for me dan ngebawa lebih banyak beban sebenarnya ketika nama
gue bertambah dibelakangnya, and i wanna say that, sebenarnya dengan
bertambahnya gelar dibelakang gue, gue ngerasa biasa aja, kayak ngak terjadi
apa-apa, kayak apa yaaaaa, ya pokoknya kayak biasa aja, Cuma pas waktu habis
sidang aja kayak ngerasa terharu sedikit terus senang-senang karena ikuttan
euphoria temen-temen yang hadir pada saat sidang skripsi, dan setelah itu ya
udaaahhh, begitu ajaaaa....
Entah karena apa gue
ngerasa biasa aja, mungkin karena biasanya apa-apa pasti selalu bareng
sahabat-sahabat gue di kampus, tapi kali ini gue ngerasa merdeka sendirian,
mungkin karena biasanya gue selalu ngikutin temen gue, sekarang gue yang harus
ngeduluin mereka. Ngeliat mereka berjuang untuk bisa ketemu sama
pembimbing-pembimbing skripsi mereka, nungguin PS mereka sampai ketemu atau
bahkan ngak ketemu, gue jadi serindu itu untuk berjuang dalam skripsi.
Ternyata proses yang “capek” itu yang gue rinduin. Disanalah ada perjuangan, disanalah kita belajar sabar, disanalah kita belajar menertawakan hidup yang sebenarnya ngak pelik-pelik amat tapi kita sendiri yang buat jadi pelik, disanalah kita merasakan, bahwa sahabat ngak hanya berjalan beriringan dengan kita yang hanya sekedar bergenggaman tangan, tapi disana kita juga melihat dan merasakan betapa sahabat-sahabat kita juga berjalan UNTUK KITA.
Ternyata proses yang “capek” itu yang gue rinduin. Disanalah ada perjuangan, disanalah kita belajar sabar, disanalah kita belajar menertawakan hidup yang sebenarnya ngak pelik-pelik amat tapi kita sendiri yang buat jadi pelik, disanalah kita merasakan, bahwa sahabat ngak hanya berjalan beriringan dengan kita yang hanya sekedar bergenggaman tangan, tapi disana kita juga melihat dan merasakan betapa sahabat-sahabat kita juga berjalan UNTUK KITA.
Prosesnya perjalanan
ini keliatan emang mudah, tapi sebenarnya banyak hal berat yang sudah dilalui,
entah karena bersama mereka dan teman-teman di kampus yang pada konyol, jadi
semua hal yang sebenarnya sulit jadi terasa mudah dan cepat dilalui. Kalau
bicara tentang masa-masa dikampus, kita bisa ngetawainnya sampai subuh hari,
jadi kita lewati part ini. Dan lanjut di part selanjutnya.
Adalah “konservasi”
yang bikin gue berasa jadi pejuang kehutanan, terlebih pada bagian satwa
liarnya. Dan pengalaman magang yang menurut gue luar biasa, bikin gue yakin
kalau gue pantas untuk jadi anak kehutanan. Dibalik cerita gue bisa jadi anak
konservasi ada kegalauuan dan tangisan-tangisan malam hari yang disembunyikan.
Dulu di tahun-tahun pertama kuliah, denger kata konservasi itu rasanya keren
banget dan gue yakin kalau nanti pemilihan jurusan gue mau ambil konservasi
(dan pastinya beberapa sahabat gue juga mau masuk konservasi), kemudian
dipertengahan masa kuliah datanglah masa-masa pemilihan jurusan, dan pastinya
pendirian temen-temen gue berubah seiring berjalannya waktu. 2 cewek akhirnya
memilih masuk Manajemen Hutan, tapi dari jaman kapan gue udah ngak punya hati
ke manajemen, selain itu gue ngak pandai dalam angka-angka (dulu gue fikir
manajemen itu as always berhubungan dengan angka, jadi gue ngak tertarik dengan
manajemen), jadi manajemen hutan lewat. 2 cowok lmemantapkan diri untuk masuk
silvikultur, dan gue juga saat itu memilih untuk masuk silvikultur dengan hati
yang ngak mantap-mantap amat. Keraguan itu akhirnya berbuah, waktu gue mau
minta persetujuan PA dan beliau bilang
kitra-kira seperti ini “Rara yakin mau masuk silvikultur? Coba pikir-pikir
lagi, besok datang lagi!” .
Ucapan bapak ini bikin gue tambah galau, karena menurut gue, bapak ini menyarankan gue untuk masuk Konservasi, karena bapak ini dosen konservasi. Dan alasan gue ngak milih konservasi waktu itu adalah karena, semua sahabat-sahabat gue ngak ada yang milih konservasi, kecuali salah satu sahabat gue yang lagi kasmaran banget waktu itu. Yang gue takuti adalah, gue ngak ada temen dikelas konservasi, ngak ada yang bersedia susah-susah nyari bangku kuliah untuk gue, ngak ada yang susah-susah mau ngontrakkin mata kuliah gue waktu itu, ngak ada yang bakal nyontekin laporan-laporan, tugas-tugas, dan apalah itu semua, kalau gue ada dikelas konservasi. Intinya sih, gue Cuma takut kepisah sama sahabat gue. And finally, gue harus memutuskan. Dan akhirnya gue putuskan untuk masuk Konservasi. Besoknya gue serahin berkah gue yang udah gue ganti dari silvikultur ke konservasi. And you know what?? Setelah gue ngasih berkas gue, PA gue langsung nandatangin dan kayaknya ngak ngeliat lagi apa pilihan gue, dan saat itu sebenarnya gue syok berat.
Dan ternyata kelas
“konservasi” itu bikin gue tambah kuat (ngak kayak hulk sihhh atau team
avengers lainnya, atau apalah itu). Kelas konservasi ini ngebawa gue kepada
penelitian yang bekerjasama dengan BKSDA, terkhusus dengan PS 2 gue yang
diminta dari BKSDA tentang labi-labi, karena PS 2 gue dulu penelitiannya
tentang labi-labi juga. Perjuangan dari awal penelitian ini pasti gue
ikutsertakan ngebebani sahabat-sahabat gue, dari awal survei lokasi, sampe
akhirnya seminar selalu ngerepotin sahabat2 gue ini. Sampai akhirnya sebagian
memilih untuk magang dan 2 diantaranya memilih untuk penelitian. Selama
penelitian ini gue bagi full time bebannya bersama satu sahabat cowok gue. Dari
teriknya matahari kita ngelilingi kota jambi dan kab muaro jambi untuk
ngumpulin data penelitian gue, sampe akhirnya bulan puasa yang juga dikelilingi
terik matahari. Rasanya gue tega banget ngebagi beban sama sohib gue satu ini.
Tapi sepanjang penelitian ini berlangsung, dia ngak pernah ngeluh capek, ngak
pernah ngak mau kalau gue ajakin ke tempat penelitian gue, selalu tau kalau gue
butuh pertolongan dia tanpa harus gue ngomong dan dia dengan sigap ngebantuin
gue tanpa harus nanya apa yang perlu ditolong, ahhh pokoknya selalu mau capek
untuk ngurusin penelitian gue, gue mau bilang thanksfull banget sama ini anak
karena mau susah buat sahabatnya yang banyak ngerepotin ini. Terus juga setelah
penelitian ada sahabat gue yang cewek, yang selalu nanyain tentang
revisian-revisian, sok2an ngasih support dan nyuruh perbaikan muluk, padahal
dirinya entah kea gimana, kadang suka kesal kalau dia udah mulai buat mood gue
turun karena diingetin revisian terus, diingetin untuk ini dan itu.
But you know what, hampir semua kehidupan gue dikampus, itu dia yang ngurusin. Percaya ngak kalau yang ngontrakin mata kuliah gue kadang dia dan anak2 geng gue lainnya? Percaya ngak tanpa diminta dia bakal ngirim laporan kuliahnya ke gue dan ke yang lainnya? Dan percaya ngak kalau dia yang selalu nawarin diri untuk ngebantu gue menganalisis hasil penelitian gue? Yeah, she is. Orang yang menawarkan diri untuk selalu mau direpotkan gue tanpa harus gue minta terlebih dahulu.
But you know what, hampir semua kehidupan gue dikampus, itu dia yang ngurusin. Percaya ngak kalau yang ngontrakin mata kuliah gue kadang dia dan anak2 geng gue lainnya? Percaya ngak tanpa diminta dia bakal ngirim laporan kuliahnya ke gue dan ke yang lainnya? Dan percaya ngak kalau dia yang selalu nawarin diri untuk ngebantu gue menganalisis hasil penelitian gue? Yeah, she is. Orang yang menawarkan diri untuk selalu mau direpotkan gue tanpa harus gue minta terlebih dahulu.
Sahabat gue ngak 2
orang ini aja, ada lagi lainnya. Yang siap sedia dan selalu ada untuk gue,
untuk nolongin gue, untuk berbagi dengan gue, yang nyerahin waktunya untuk
dibebani oleh sekelumit masalah hidup gue, yang mau dikuras isi dompetnya untuk
berbagi sama gue, yang rela uang proyeknya gue mintain untuk bawa ini dan itu
sebagai pemuas waktu gue magang, yang rela jauh-jauh dari jambi datang buat
jengukin gue magang, yang mau jemput ini dan itu buat ngumpul, pokoknya yang rela
gue repotin dari awal perkuliahan gue bahkan sampai sekarang, yang mau bayarin
makanan gue karena gue dengan seenak jidat makan sendirian dikantin, terus
habis makan gue bilang gue ngak ada duit, yang mau malam minggunya di ganggu
karena pengen ngumpul bareng mereka, yang mau praktikum ulang ke sabak karena
telat datang praktikum yang di jambi, ahhh apalagi yaaaa... yang mau nyeramahin
gue kalau gue salah, yang mau negur gue kalau gue salah, yang mau joinan sama
gue kalau itu menguntungkan buat kita, yang mau cari duit dari bibit mahoni
terus duitnya kita sumbangin di panti asuhan, yang mau mewarisi wawasannya,
yang sampai disidang gue kemarin, mau direpotkan dari persiapan hingga akhir
dari persiapan itu sendiri. pokoknya banyaklah pengorbanan mereka yang gue
rasain, yang ngak bisa gue sebutin satu-satu saking banyaknya.
Yang jelas, mereka
berarti buat gue.
Sekarang, mereka
lagi berjuang supaya bisa dapetin gelar yang sama kayak gue. Supaya bisa
barengan wisudanya nanti (nah mulai kerasa bahagianya waktu gue nulis wisuda
bareng). Kalaupun ngak terkejar barengan, kita akan tetap saling support, akan
tetap saling mengingatkan, akan tetap saling ngebantu. Semoga semua sukses di
jalan Allah SWT, semoga segala urusan dilancarkan Allah SWT, semoga kalian cepat
berkabar baik, barakallah. Yupss, more or less 5 years go so fast gengs,
thankyou for everything. Even we had argue, fight, we even stop talking each
other sometimes. But we are bestfriend, and the love as always be there.
Eniwey sebenarnya
yang paling bikin sedih adalah proses setelah ini. Ketika kita akhirnya harus
memulai kehidupan sesungguhnya diluar sana, dengan beban yang baru, dan mungkin
tanpa kalian nantinya sebab kita tak mungkin selalu bersama, entah seperti apa
kehidupan kita 5 tahun mendatang :’).